Stabat – Petani sayuran di Dusun Mandiri I, Desa Karang Rejo, Kecamatan Stabat, Langkat mengeluh. Aktivitas pengolahan minyak kotor (Miko) alias blended sawit di sana, memberikan dampak negatif bagi hasil panen. Mulai dari asap, hingga abu dari proses pengaolahan limbah crude palm oil (CPO) itu, sangat berpengaruh bagi hasil panen petani.
Hal ini seperti yang disampaikan Adi Gombloh, patani yang lahannya persis di dekat pabrik blended milik Su. Ia mengaku, asap dari pabrik itu kerap membuat nafasnya sesak. Sayuran yang ia tanam pun tak lagi tumbuh subur seperti biasanya.
Hasi Panen Menurun
“Yang jelas, hasil panen kurang bagus lah. Sangat berpengaruh pada hasil panen kami di sini. Bau, asapnya dampaknya ntah cemana kita gak tau. Apakah pengaruh sama tanaman kita pun gak tau. Yang penting baunya sangat menyengat,” kesal Adi, Minggu (8/9/2024) sore.
Bahkan, menurut Adi, rekan-rekannya sesama petani sayuran sering mengalami gagal panen. Tanaman sayur kacang panjang dan paria gagal panen. Kalau sawi, biasa tumbuhnya gampang, sekarang susah untuk tumbuh.
Polusi Udara
Sejak lebih kurang setahun aktifitas pabrik pengolahan blended tersebut, penurunan hasil panen sangat drastis. Petani di sana berharap, agar tidak ada lagi pencemaran. Mereka mendesak pihak terkait untuk segera menghentikan aktivitas pabrik tersebut.
“Kalau bisa ditutup, gitu aja udah. Biar kami aman bertani. Biar gak ada bau dan pencemaran di sini. Belum ada kordinasi dengan pihak desa. Semua masih tenang-tenang saja,” kesal Adi.
Amatan awak media di lokasi, terdapat karung-karung berisi blended yang siap diolah. Limbah dari aktivitas di sana, seperti tak terkontrol dengan baik. Lumpur limbah berwarna hitam dan berbau, berserakan di dalam lokasi tersebut.
Tak hanya petani, warga yang cukup jauh dari lokasi tersebut juga mengeluhkan polusi udara. “Kalau produksi, baunya sampai ke pemukiman kami. Sangat menyengat baunya. Warga di sini ya merasa terganggu lah. Kami minta, agar pabrik itu segera ditutup,” ketus Misni, diamini warga lainnya. (Ahmad)